Kamis, 01 Oktober 2015

KATA PENGANTAR

السـلامعليـكمورحمـةاللهوبراكته
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta hidayahnya sehingga penyusunan Tugas penelitian individu saya yang berjudul “Melihat Sudut Pandang Pendidikan Di Dusun Matang Putus Desa Matang Danau Kec.Paloh Kab.Sambas” ini dapat saya selesaikan dengan semaksimal mungkin, sebagaimana mestinya sesuai dengan yang sudah di perintahkan.
Tugas penelitian individu ini saya susun untuk di ajukan sebagai Tugas Mata Kuliah “KKL  dengan judul “Melihat Sudut Pandang Pendidikan Di Dusun Matang Putus Desa Matang Danau Kec.Paloh Kab.Sambas” di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak Jurusan Tarbiyah Prodi Pendidikan Agama Islam (PAI)
Demikianlah Tugas Makalah ini saya buat dengan sebaik-baiknya, dan semoga bermanfaat untuk kita semua.

والسـلامعليـكمورحمـةاللهوبراكته
                                                                     Pontianak, 28 September  2015

         Penyusun
         KHAIRUNNISA (1121100019)

MELIHAT SUDUT PANDANG PENDIDIKAN DI DUSUN MATANG PUTUS DESA MATANG DANAU KEC.PALOH KAB.SAMBAS
A.    Latar Belakang
            Dalam UU RI Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional diseburkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana beajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang di perlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara (Samsul,2012:15)
            Pendidikan ialah proses pembentukan dan pengembangan potensi menjadi sebuah kompetensi, sehingga dapat dikatakan bahwa pendidikan adalah sebuah perjalanan kreatif yang mengantarkan kita menuju pengenalan dan pembentukan jati diri. Berbagai upaya dalam mewujudkan keberhasilan suatu pendidikan yang sudah barang tentu dilakukan secara simultan dan berkesinambungan dalam rangka pembangunan suatu bangsa. Oleh karena itu tak salah apabila dikatakan bahwa pendidikan adalah soko guru suatu bangsa.   
            menurut Azra (1999b:3), pendidikan lebih dari sekedar pengajaran pengajaran bisa dikatakan sebagai sesuatu proses transfer ilmu belaka, bukan transformasi nilai dan pembentukan kepribadian dengan segala yang dicakupnya. Dengan demikian, menurutnya, pengajaran lebih berorientasi pada pembentuan “ahli” atau para spesialis karena perhatian dan minatnya lebih bersifat teknis.

B.     Tujuan
            Tujuan saya membuat laporan ini yaitu untuk mengetahui bagaimana sudut pandang pendidikan di dusun matang putus desa matang danau kec.paloh kab.sambas

C.    Rumusan masalah
1.      Bagaimana pendidikan di dusun matang putus desa matang danau kec.paloh kab.sambas?
2.      Apa faktor-faktor yang mempengaruhi pendidikan di dusun matang putus desa matang danau kec.paloh kab.sambas?

PEMBAHASAN
1.      Pendidikan di dusun matang putus desa matang danau kec.paloh kab.sambas

      Pendidikan di dusun matang putus menurut penelitian saya masih belum terlalu baik karena mungkin daerah tersebut berada di daerah perbatasan, tetapi daerah tersebut dapat dilihat mulai berkembang dengan baik, dapat dilihat dari banyaknya beberapa warga yang lulusan Sarjana luar daerah seperti malang, pontianak, dll. Selain itu meihat dari sudut pandang ekonomi warga desa matang danau keseluruhan saya melihat di catatan kantor desa yang tertempel di di dinding desa sebagian besar warga bekerja sebagai petani, petani sekitar 1250, PNS berjumlah 72 orang, pedagang sekitar 52 orang, apat dilihat dari data tersebut bahwa sebagian besar mata pencaharian mereka adalah bertani, di daerah tersebut dapat dikatakan daerah yang terbesar penghasil padi. Di desa matang putus khususnya dapat dikataan masih minimnya pemikiran pentingnya pendidikan bagi anak-anak mereka dapat dilihat dari pertanyaan-pertanyan yang saya dan kawan-kawan lontarkan kami menanyakan kepada anak-anak ketika kami mengajar di SDN 10 matang putus kami menanyakan “apa cita-cita adik-adik?” mereka banyak yang menjawab ingin menjadi petani dan penyanyi band dangdut (biduan)  tetapi ada pula yang menjawab ingin menjadi polisi, dokter, dll. Sebagian besar mereka bercita-cita ingin menjadi petani. Kemungkinan mereka berfikir bahwa orang tua mereka blm mampu menyekolahkan mereka hingga jenjang yang lebih tinggi. Apa dilihat penapatan mereka menjadi petani cukup besar dan mereka mampu membiayakan anak-anak mereka hingga ke jenjang yang lebih tinggi. Selain itu masih banyak anak-anak yang menikah muda karena sebagian orang tua mereka tidak mampu membiayakan sekolah jadi mereka befikir untuk menikah muda. Pendidikan di daerah tersebut dapat dikatakan masih kurang tetapi untuk mengembangkan pemikiran mereka bahwa pentingya pendidikan di daerah tersebut butuh adanya menyuluhan-penyuluhan dan seminar-seminar yang membangun semangat mereka. Agar orang tua dan anak-anak berfikir bahwa pentingya pendidikan untuk kemajuan anak-anak mereka dan kemajuan desa mereka.

2.      faktor-faktor yang mempengaruhi pendidikan di dusun matang putus desa matang danau kec.paloh kab.sambas

      faktor yang mempengaruhi hal tersebut yaitu rendahnya ekonomi, tingkat kemauan pada anak rendah, dan dukungan orang tua yang kurang.  Terlihat dari pengelaman kami mengajar di sekolah Dasar Negeri 10 Matang Putus masih banyak kekurangan dari segi pakaian siswa, kedisiplinan, perilaku, fasilitas , buku, ruang kelas, tenaga pendidik,dll. Itu salah satu faktor utama kurangnya pendidikan didusun matang putus. Dari segi pakaian mereka masih kurang disiplin mereka tidak memakai pakaiaan yang lengkap contohnya mereka hanya memakai sendal, tidak memakai kaos kaki, tidak memakai kaos kaki baju yang kurang bersih, tetapi adapula anak-anak yang sebagian kecil berpakaian lengkap dan rapi, mereka dari anak yang mempunyai orang tua yang bependidikan tinggi, seperti guru. Dari segi perilaku mereka kurang yaitu mereka kurang memerhatikan guru ketika pembelajaran berlangsung , masih banyak anak yang nakal  contohnya berbicara kotor dan perilaku tidak baik. Selain itu di SDN 10 Matang Putus juga ada ektra kulikuler salah satunya yaitu pramuka, semangat siswa untuk mengikuti pramuka begitu baik mereka antusias untuk mengikuti kegiatan pramuka, di situ kami lihat dari disiplin waktu mereka, kegiatan pramuka di mulai pada pukul 14.00 WIB tetapi mereka sebelum pukul 14.00 sudah berada di sekolah bahkan pukul 13.00 mereka sudah berada di sekolah. Dengan melihat semangat mereka kami pun sebagai pengajar pramuka, juga semangat untuk mengajar mereka. Melihat kurangnya ilmu berpramuka mereka kepala SDN 10 Matang Putus meminta kami untuk mengajarkan mereka, berbekal ilmu dan pengalaman kami berpramuka kami pun bersedia untuk berbagi ilmu kepada mereka. Dalam berpramuka mereka masih sangat kurang dari berpaikan mereka masih kurang kengkap, bahkan ada yang hanya memkai sandal, melihat keterbatasan itu kami memaklumi, tetapi kami tetap menjelaskan bagaimana berpakaian pramuka yang lengkap. Selain itu kami juga mengajarkan merekan baris-berbaris, dll. Mereka sangat bersemangat mengikuti kegiatan tersebut.


PENUTUP
A.    Kesimpulan
Keterampilan dari laporan individu ini adalah bahwa pendidikan di dusun matang putus desa matang danau kec.paloh kab.sambas, masih perlu di tingkatkan lagi. Melihat semangat mereka yang ingin bersekolah dan pemikiran yang masih kurang terhadap pendidikan masih harus di perbaiki agar dapat memajukan pemikiran dan pendidikan mereka terutama di dusun matang putus.


 B.     Saran
Saran dari saya yaitu pemerintah pendidikan harus tetap memperhatikan pendidikan yang ada di kec.paloh terutama di desa matang danau dusun matang putus khususnya.


DAFTAR PUSTAKA

Syamsul Kurniawan dan Edwin Mahrus. 2013. Jejak Pemikiran Tokoh  Pendidikan Islam. Muguwuharjo: AR-RUZZ MEDIA  
https://www.facebook.com/Dreits/posts/559540134093552

Moh.Haitami Salim dan Syamsul Kurniawan. 2012. Studi Pendidikan Islam. Muguwuharjo:AR-RUZZ MEDIA

Kamis, 17 April 2014

Hypno-Teaching metode alternative Pendidikan Agama Islam
Oleh :
Khairunnisa (1121100019)
Aswandi (1121100006)
Susana mita (1121100002)
            Hypnoteaching pada dasarnya merupakan cara mengajar yang unik, kretif, dan juga imajinatif., yaitu sebelum pembelajaran berlangsung siswa dikondisikan untuk siap belajar. Emosional dan psikologius siswa tidak luput diperhatikan. suasana belajar dibuat semenarik mungkin, dan yang tidak kalah penting, guru harus bisa menjaga stabiltas emosi dan psikologisnya.  (Ayurahmaniah, 2011)
            Hypnosis adalah orang yang melakukan, sedangkan  Hypnotisme adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan kegiatan hypnosis. (Freddy Faldi Syukur, 2011:81).
            Istilah Hypnotis berasal dari kata hypnosis yang merupakan kata dasar dari hypnos yangartinya “dewa tidur” dalam legenda Yunani. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesiasebagaimana yang dikemukakan Willy Wong & Andri Hakim, hypnosis adalah keadaan sepertitidur karena sugesti, yang pada taraf permulaan orang itu berada di bawah pengaruh orang yangmemberikan sugestinya, tetapi pada taraf berikutnya menjadi tidak sadar sama sekali.
Sementaraitu makna katahypnotis adalah membuat atau menyebabkan seseorang berada dalam keadaanhipnosis; berkenaan dengan hypnosis.Hypnotis merupakan suatu keahlian untuk memasukan pesan dari seseorang ke dalam diriorang lain, yang mengakibatkan si penerima pesan akan tergerak untuk melakukan perintah dariyang memberi pesan.
Ibnu Hajar mengemukakan bahwa hypnotis merupakan suatu kondisidiberlakukannya peran imajinatif. Hypnotis biasanya disebabkan oleh prosedur yang dikenalsebagai induksi hypnotis yang umumnya terdiri atas rangkaian panjang instruksi awal dansugesti. Sugesti ini dapat disampaikan oleh seorang hypnotisdi hadapan subjek atau mungkindilakukan sendiri oleh subjek.(Ahmad Munadi).
            Dalam hasil wawancara penulis dengan Arief Sukino, M.Ag Dosen Fakultas Tarbiyah IAIN Pontianak pada 31 Maret 2014 ia menjelaskan Hypnoteaching adalah metode yang menggunakan kata-kata memikat atau motivasi yang di berikan kepada peserta didik untuk membantu proses belajar mengajar, kata-kata tersebut terselip didalam kalimat yang di gunakan guru atau pendidik. Menurutnya metode ini dapat digunakan jika seorang guru atau pendidik menguasai metode hypnoteachingdalam peroses belajar mengajar. Selain itu di dalam kesempatan yang sama dan waktu yang sama kami juga mewawancarai Ahmad Maksum, M.Pd yang menyetujui penuturan dari Arif Sukino, M.Ag ia menyambung pernyataan bahwa Hypnoteaching mengandungnilai-nilai yang disampaikan seperti kata-kata mutiara atau kata-kata bijak, yang akan membuat suatu energi baru untuk peserta didik agar bersemangat dalam belajar, contohnya seperti mario teguh.
            Dari penuturan Ahmad Masum, M.Pd Efektifnya metode Hypnoteaching tergantung pada materi apa yang akan disampaian, metode ini tidak harus terus menerus digunakan dan tidak semua mata pelajaran menggunakan metode Hypnoteaching.
            Metode Hypnoteaching belaku untuk digunakan semua kalangan peserta didik, metode ini tidak serta merta langsung di gunakan kepada peserta didik tetapi dapat dilakukan dengan uji coba apakah metode tersebut dapat menarik jika digunakan untuk peserta didik atau sebaliknya, jika metode tesebut baik dan berhasil digunakan oleh pendidik maka metode tersebut tidak salah jika di gunakan.
            Selain itu kami juga mewawancarai salah satu dosen Psikologi Fakultas Tarbiyah IAIN Pontianak, Nur Qur’ani, M.Si. hypnotiching adalah salah satu cara untuk membuat orang terpesona, kagum, dan selalu ingin mengikuti apa yang di sampaikan oleh si hypnosis, dan kehadirannya selalu di nantikan oleh peserta didik. Seperti Dosen atau guru apabila dalam proses belajar mengajar di kelas tanpa terasa jam pelajaran telah habis karena asiknya penyampaian materi oleh dosen atau guru tersebut.
            Metode hypnoteaching tidak bisa di terapkan kepada semua peserta didik namun metode ini di terapkan untuk murid atau peserta didik yang bandel, nakal, suka ngobrol sendiri tidak memperhatikan apa yang di sampaikan dan di jelaskan oleh si pendidik.
            Tingkat kecerdasan atau inteligensi (IQ) siswa sangat menentukan prestasi belajar siswa di antara siswa-siswa yang mayoritas memiliki (IQ) normal mungkin terdapat satu atau dua orang yang tergolong gifted child atau talented child, anak sangat cerdas dan sangat berbakat (IQ 140ke atas) disamping itu ada juga siswa yang memiliki (IQ) di bawah batas rata-rata (IQ 70 ke bawah) menghadapi situasi seperti ini apa yang anda lakukan? Apabila menemukan siswa dengan (IQ 70 ke bawah) maka metode hypnoteaching tidak bisa di terapkan dalam proses belajar mengajar, sebaiknya siswa yang mempunyai (IQ) di bawah rata-rata di masukkan ke sekolah khusus untuk anak-anak yang memiliki permasalahan yang sama. (Muhibbinsyah,2010. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Hlm 131)
            Dari pernyataan diatas dapat disimpulan bahwa pendapat para narasumber menggunakan metode sugesti (Sugesstion), di dalam tahap hipnotis ada beberapa tahapan yang biasa di lakukan oleh Hipnosis atau orang yang melakukan hipnotis yaitu :

Pre Induction
Induction
Post Hypnotic
Termination
Suggestion
Depth Level Test
Deepening
Normal
 

















Sumber : Willy Wong dan Andri Hakim,2009. Dahsyatnya Hipnosis, hlm 22 dikutip di dalam buku Freddly Faldi Syukur,2011.Menjadi guru ahsyat guru yang memikat,hlm101.
Penjelasan :
*      Pre Induction
Pada tahap ini anda mempersiapkan kondisi suyet atau subjek. Suyet diberi informasi tentang hipnosis berlangsung an keadaan yang akan dialami dan dirasakan suyet selama hipnosis berlangsung . agar suyet merasa rileks, usahakan membangun situsi sesantai mungkin. Pilihlah tempat yang tenang dan bersih supaya perhatian suyet sepenuhnya kepada Hipnosis.


*      Induction
Ini adalah teknik mengarahkan suyet dari keadaan sadar (Conscious mind) menjadi ke alam bawah sadar (subconscious mine) . artinya suyet diiringi dari alam beta menuju alam Alpha atau tetha.
*      Deeping
Tahap ini bertujuan membawa suyet memasuki kondisi hipnosis yang lebih dalam lagi dengan memberikan sentuhan imajinasi – imajinasi yang yang biasanya digunakan adalah  ‘tempat kedamaian’ dengan membayangkan alam yang indah, tempat yang menyenangkan, kamar tidur, atau apa pun yang membuat suyet merasa damai disana.
*      Depth level Test
Untuk memastikan kedalam hasil kegiatan deepening yang dilakukan, lakukanlah Tes uji kedalaman (Depth Level Test), dengan bertanya kepada suyet apakah saran atau perintah yang anda berikan benar-benar telah dapat dilaksanakan dan dirasakan oleh suyet. Berikanlah pertanyaan dengan jawaban, “Ya/Tidak,” yang dijawab suyet dengan gerakan tertentu anggota tubuhnya, misalnya Anggukan dan gerakan tangan.
*      Suggestion
Inilah saatnya memberikan sugesti kepada suyet yang telah mencapai kedalaman hipnosis
            Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memberikan sugesti kepada suyet, yakni:
1.      Menggunakan kata positif. Hindari menggunakan kata negatif seperti “tidak”, “jangan”, “bukan” dan sejenisnya, kecuali sulit ditemukan padanan kata yang tepat
2.      Pengulangan kalimat dilakukan seperlunya saja
3.      Menggunakan penunjuk waktu “sekarang” (present tense) an hindari kata “akan”, bakal
4.      Menyertakan sentuhan emosional dan imajinasi dalam sugesti, supaya suyet merasakan dan melibatkan emosinya, sehingga akan lebih merasuk dalam bawah sadatnya.
5.      Bentuk kalimat sugesti secara progresif 9bertahap, jika diperlukan)
6.      Berikan kalimat yang bernuansa pribadi agar sugesti dapat diterima pikir bawah sadar suyet seutuhnya
7.      Pemilihan kata-kata disesuaikan dengan level pemahaman suyet.
*      Termination
Inilah tahap akhir proses hipnosis, tahap untuk mengembalikan suyet pada keadaan semula (normal). Berpindah kembalinya pikiran bawah sadar (sobconscious) ke pikiran sadar (conscious). Caranya dengan memberikan kalimat lanjutan setelah pengisian sugesti.
*      Post Hypnotic
Pada umumnya suyet yang baru sajamengalami proses terminai, memiliki tingkat sugestivitas yang masih cukup tinggi, ia belum benar-benar barada dalam kondisi normal sepenuhnya.

Apa yang dijelakan oleh Arief Sukino, M.Ag dan Ahmad Maksum, M.Pd  termasuk pada tahap Hipnotis yang telah dipaparkan, apa yang telah dijelaskan oleh kedua narasumber cukup beralasan, persamaan makna disini dapat menimbulkan suatu pengaruh yang besar bagi individu yang mendengarkan , yang disebut dengan sugesti yang pada akhirnya akan menimbulkan proses pemberian sugesti pada tingkat tinggi yang disebut hipnotis. Kadang orang berpikir bahwa hipnotis merupakan sesuatu yang negatif, mungkin karena dari tindak kelaziman bahwa telah banyak orang yang menjadi korban dalam modus penipuan yang tidak lain medianya dengan hipnotis.
            Sebenarnya ilmu yang di gunakan dalam tindak kejahatan bukan merupakan sesuatu yang ilmiah, kita dapat mengklasifikasikan antara ilmu yang ilmiah dan tidak, hipnotis yang digunakan sebagai media kejahatan adalah gundam yang berbeda dari hipnotis, pada gundam mereka tidak menggunakan sugesti kata-kata melainkan dapat menggunakan asap rokok, sentuhan, maupun pandangan, dalam hal ini tidak di gunakan sugesti melainkan bantuan makhluk halus, dari sudut pandang agama islam ilmu tersebut di larang karena di khawatirkan menjadi syirik dan tidak dapat di nalarkan dengan akal pikiran, berbeda dengan hipnotis, hipnotis disini dapat di buktikan dan dapat di lakukan penelitian serta di perbolehkan dalam agama dan kesehatan, pada zaman dulu dan sekarang dari sudut pandang positif hipnotis dapat berguna dalam proses pemberian motivasi sehingga dapat merubah pola pikir menjadi lebih baik atau yang dikenal dengan hipnoterapy, hipnotis merupakan ilmu yang sangat mulia, dari itu ada baiknya kita memahami dan mempelajari hipnotis dan mengambil manfaatnya.
            Kalimat Sugesti Ketika kita menyampaikan informasi kepada orang lain tidak serta merta orang lain akan menerima sugesti yang kita sampaikan. Karena ada faktor-faktor tertentu yang membuat sugesti bisa diterima dengan baik oleh orang lain.
Faktor-Faktor Penerimaan Sugesti tersebut adalah :
1)   Faktor Lingkungan : Perbedaan lingkungan sangat mungkin menyebabkan perbedaan norma yang berlaku sehingga beda lingkungan beda pula norma yang ada.
2)   Faktor Usia : Untuk budaya timur, factor usia juga mempengaruhi proses penerimaan sugesti. Dimana ketika orang yang lebih tua yang menyampaikan maka sugesti jauh lebih cepat diterima daripada mereka yang masih muda.
3)   Faktor Otoritas : Kekuasaan/ Orang yang terpandang dalam komunitas biasanya juga lebih cepat diterima
4)   Faktor Fisik&jiwa : Tentunya mereka yang sedang memiliki keadaan labil, seperti depresi, gila, atau ada masalah dengan indera akan memiliki hambatan komunikasi yang lebih besar tentunya. (novrizalbinmuslim. 2013)
            Maka hal ini hypnoteaching sebagai metode alternative Pendidikan Agama Islam dapat dikatakan positif dan baik. Tentunya dengan hal agar peserta didik dapat termotifasi dan untuk menunjang pendidikan peserta didik menjadi baik kedepannya. Selain itu juga dapat dilihat dari kebutuhan apakah perlu atau tidak metode ini dipakai dalam mengajar peserta didik.
            Pada tahun1970 Maslow memperkenalkan kebutuhan ketujuh yang tampaknya sangat mempengaruhi tingkah laku beberapa individu, yaitu yang disebutnya kebutuhan estetik. Kebutuhan ini dimanifestasikan sebagai kebutuhan akan keteraturan, keseimbangan dan kelengkapan dari suatu tindakan.
            Hierarki yang diajukan Maslow ini merupakan suatu urutan kebutuhan yang bersifat kaku, tetapi dalam kenyataan sehari-hari pengajar mungkin menemukan pengecualian-pengecualian. Hal ini disebabkan karena seringkali tingkah laku tidak dibangkitkan oleh satu penyebab, melainkan oleh beberapa penyebab. Namun demikian hal terebut tidak berarti bahwa teory maslow ini tidak berguna sama sekali dalam pendidikan. Bahkan dengan memiliki pengetahuan ini pengajar dapat menganalisis penyebab tingkah laku siswa memahaminya, dan memakainya untuk memotifasi siswa dalam belajar.
            Bila materi maslow ini diterapkan dalam suasana pengajaran, maka pengajaran akan dapat melihat motif yang berbeda-beda yang mendasari tingkah laku masing-masing siswanya yang mungkin sama. Sebagian siswa berusaha mencapai prestasi akademis yang baik di sekolah untuk mendapatkan penerimaan dari orang tuanya atau dari guru (terutama paa siswa yang masih muda).
            Dalam hal ini Siswa berusaha mencapai hasil yang sebaik-baiknya di sekolah untuk mengesankan orang lain, mendapatkan perhatian yang menyenangkan, untuk dikenang dengan baik untuk orang lain bahwa mereka tidak hanya bisa sukses, tetapi juga bisa dapat mengalahkan teman-teman sekelasnya. (Slameto,2010:172-173)



            Setiap guru memiliki potensi untuk dapat melakukan Metodehypnoteaching karena metode ini merupakan keterampilan yang dapat dipelajari.Berikut beberapa langkah menumbuhkan kemampuan Metode hypnoteachingmenurut Ibnu Hajar (2011:113) yaitu :
Biasakan mengucapkan lafal-lafal dengan fasih. Fasih berartimengucapkan kata-kata dengan jelas. Untuk mendapatkan kondisi fasih sepertihalnya belajar makhrijul huruf. Seorang guru harus melatih huruf demi hurufdalam abjad dan mencoba menggunakannya menjadi kata ataupun kalimat yangdiawali dengan pengucapan lambat, agak cepat dan cepat. Dengan demikian, halini akan menentukan apakah kejelasan dan ketegasan lafal yang diucapkanmemiliki kefasihan yang sama atau tidak.Belajar menggunakan intonasi yang bervariasi. Anggap kelas adalahtempat memerankan suatu tokoh dalam sebuah drama. Variasi-variasi dariintonasi kata yang keluar dari mulut seorang guru dapat diatur sedemikian rupa.Dalam kondisi tertentu guru menggunakan intonasi yang lebih tinggi daribiasanya. Bisa juga menggunakan intonasi rendah misalnya berbisik sehinggasiswa seperti diajak “berayun-ayun” diantara kata-kata yang dikeluarkan guru.Keterampilan ini membutuhkan penjiwaan dari guru terhadap pesan yang akandisampaikan. Untuk melatih keterampilan menggunakan intonasi dapat dilakukandengan cara mengucapkan naskah-naskah yang bervariasi seperti puisi, dongeng,dialog, narasi, syair lagu dan lain sebagainya. (H.soebandi,2012).















DAFTAR REFERENSI

Muhibbinsyah, 2010. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Freddy faldi syukur, 2011. “Menjadi Guru Dahsyat Guru Yang Memikat”. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Muhibbinsyah, 2010. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Drs.Slameto,  2010. “Belajar & faktor-fartor yang mempengaruhinya”.  Jakarta: Rineka Cipta.

Ayu rahmaniah dkk, 2011. “Hypnoteaching”, dalam http://bkpemula.wordpress.com/2011/12/04/hypnoteaching/, (Akses internet 8 April 2014).

Ahmad Munadi, “Implementasi Hypno Teaching Dalam Proses Pembelajaranpendidikan Agama Islam”, dalam http://www.academia.edu/. (Akses internet 5 April 2014).

novrizalbinmuslim. 2013“Buku ajar hypnoteaching 2013”, dalamhttp://www.slideshare.net/novrizalbinmuslim/buku-ajar-hypnoteaching-2013-revisi, (Akses internet 8 April 2013).

H.Soebandi. 2012 “Metode Hypnoteaching”dalam http://repository.library.uksw.edu/bitstream/handle/123456789/845/T1_292008089_BAB%20II.pdf?sequence=3, (Akses Internet 9 April 2014)










Minggu, 01 Desember 2013

pemikiran pendidikan Ikhwan ash Shafa


MAKALAH
Filsafat Pendidikan Islam
(Pemikiran Pendidikan Menurut Ikwan Al-shafa)
Dosen pengampu : Dr.H.Moh.Haitami Salim,M.Ag
/ Syamsul Kurniawan,M.S.I
Disusun Oleh :
Khairunnisa (1121100019)
Jurusan Tarbiyah PAI
Kelas III A





SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
NEGERI PONTIANAK TAHUN AJARAN
2013/2014

Pemikiran Pendidikan Islam Ikhwan as-Shafa
Oleh : Khairunnisa
Nim : 1121100019
A.    Pendahuluan
               Dalam kajian filsafat pendidikan Islam, ada beberapa tokoh muslim yang sangat berjasa dalam pengembangan/pembaharuan pemikiran pendidikan Islam, khususnya dari para filosof Muslim, seperti al-Farabi, Al-Ghazali, Ibn Khaldun, Ikhwan al-Shafa, dan lain sebagainya. Ikhwan al-Shafa adalah salah satu organisasi yang didirikan oleh sekelompok masyarakat yang terdiri dari para filosof. Sebagai perkumpulan atau organisasi yang bersifat rahasia, Ikhwan al-Shafa menfokuskan perhatiannya pada bidang dakwah dan pendidikan. Organisasi ini juga mengajarkan tentang dasar-dasar Islam yang didasarkan oleh persaudaraan Islamiyah (ukhuwah Islamiyah), yaitu sikap yang memandang iman seseorang muslim tidak akan sempurna kecuali ia mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya sendiri. Ikhwan al-Shafa muncul setelah wafatnya al-Farabi. Kelompok ini telah berhasil menghimpun pemikirannya dalam sebuah ensiklopedi tentang ilmu pengetahuan dan filsafat yang dikenal dengan “Rasail Ikhwan al-Shafa”. Identitas pemuka mereka tidak terang karena mereka bersama anggota mereka memang merahasiakan diri. Sebagai kelompok rahasia, Ikhwan al-Shafa dalam merekut anggota baru dilakukan lewat hubungan perorangan dan dilakukan oleh orang-orang yang terpercaya. Dalam makalah ini akan sedikit menyibak tirai rahasia yang disimpan Ikhwan al-Shafa sebagai salah satu organisasi militan yang lebih suka merahasiakan dirinya. Melalui karya monumental, Rasail Ikhwan al-Shafa, kita mencoba mencari jejak-jejak pemikiran Ikhwan al-Shafa yang tertinggal untuk dicari hikmah dan pelajaran.
Makalah ini mengkaji tentang pemikiran pendidikan Islam Ikwan as-Shafa yang menjcakup tentang :
 
1.      Bagaimana sejarah lahirnya Ikhwan al-Shafa
2.      Bagaimana Pemikiran Pendidikan Menurut Ikhwan Al-Shafa
3.      Bagaimana sistem Pendidikan Ikhwan Al-Shafa


              
Tujuan penulisan makalah ini adalah :

            Untuk mengetahui sejarah lahirnya ,sejarah pendidikan , dan pemikiran-pemikiran Ikhwan as-Shafa’ sehingga kita dapat mengetahui sistem bagaimana pemdidikan pada masa itu dan dapat mengambil hal-hal fositif dalam pemikiran Ikhwan as-Shafa.

B.     Sejarah Lahirnya Ikwan Al-Shafa
                         Ikwan Al-Shafa adalah perkumpulan para mujtahidin dalam bidang filsafat yang banyak memfokuskan perhatiannya pada bidang dakwah ddan pendidikan. Perkumpulan ini berkembang pada abad kedua Hijriyah di kota Bashrah, Irak. Organisasi ini antara lain mengajarkan tentang dasar-dasar agama islam yang didasarkan pada persaudaraan islamiyah (ukhuah islamiyah), yaitu suatu sikap yang memandang iman seorang muslim akan sempurna kecuali jika ia mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya sendiri. Sebagai sebuah organisasi ia memiliki semangat dakwah an tabligh yang sangat memiliki kepedulian yang tinggi terhadap orang lain. Semua anggota perkumpulan ini wajib menjadi guru dan mubaligh terhadap orang lain yang terdapat di masyarakat. Disinilah letak relevansinya berbicara Ikwan al-Shafa dengan pendidikan. (Nata.2005:231)
                         Sebutan atau nama “Ikhwan Al-Shafa” di turunkan dari sebuah kisah tentang burung merpati, kisah burung merpati dalam Kalilah wa Dimnah dipilih oleh Ikwan Al-Shafa  sebagai sumber rujukan penamaan dirinya, karena ajaran moralnya yang benilai tinggi. Ajaran moral yang dimaksud berupa hikmah yang bernilai edukatif bagi umat manusia, termasuk umat islam yang pada saat itu semangat persaudaraannya relatif terkoyak. Satu hal yang menjadi kebijakan Ikhwan as-shafa’ adalah merahasiakan keberadaan dan identitas diri atau kelompok serta ajarannya. Akibatnya Ikhwan as-shafa kemudian disebut dengan kelompok rahasia. Berkaitan dengan perihal penetapan “tempat” asal kemunculan dan sentral aktivitas (gerakan) Ikwan as-shafa’ dapat dikatakan bahwa hingga sekarang masih terjadi perdebatan di kalangan para ahli. Sehubung dengan penetapan kota bashrah sebagai tempat asal kelahiran dan sentral aktivitas Ikhwan as-shafa’ ini, Abu Hayyan at-Tauhidi menyatakan:













                        
                        
                         Menurut penjelasan di atas bahwa menurutnya adanya sejumlah tempat (kota) selain Bashrah dan Baghdad, tentu sebatas sebagai cabang semata, masih sangat dimungkinkan. Memang, kota baghdad sebagai cabang terpenting bahsrah, tetapi sejumlah tempat yang selainnya masih sangat berpeluang untuk diposisikan juga sebagai cabang basrah. Pandangan ini dapat didasarkan pada tradisi dakwah Ikhwan as-Shafa’ yang dilakukan lewat pengiriman para propagandisnya ke barbagai daerah.(Muniron.76)        

c.       Pemikiran Pendidikan menurut Ikhwan as-Shafa
             Menurut Ikwan as-Shafa bahwa perumpamaan orang yang belum didik dengan ilmu akidah, ibarat kertas yang masih putih bersih, belum ternoda apapun juga. Apabila kertas ini ditulis sesuatu, maka kertas tersebut telah mamiliki bekas yang tidak mudah dihilangkan.
                         Organisasi ini memandang pendidikan dengan pandangan Rasonal dan emperik, atau perpaduan antara pandangan yang bersifat intelektual dan faktual. Mereka memandang ilmu sebagai gambaran dari sesuatu yang dapat diketahui di alam ini. Dengan kata lain, ilmu yang dihasilkan oleh pemikiran manusia itu terjadi karena mendapat bahan-bahan informasi yang dikirim oleh panca indera.
                         Menurut Ikwan as-Shafa semua pengetahuan berpangkal kepada cerapan Inderawiah. Banyak para pakar yang berpendapat bahwa pengetahuan-pengatahuan itu bertumpu pada premis-premis rasional. Mereka menganggap aktifitas mengetahui sebagai pengingatan ulang, dengan berpijak pada teori pengetahuan plato padahal tidak seperti itu.



                         Berangkat dari teori empiris realistik Ikhwan Al-shafa merumuskan Rasio;
             “sesungguhnya rasio manusia tiada lain hanyalah jiwa yang berfikir. Dikala manusia berada dalam usia dewasa. Jiwa awal pada waktu awal bersatu dengan badan, yaitu periode janin dalam rahim, adalah sesuatu yang amat sederhana, tidak berpengetahuan, tidak berakhlak, dan tidak beraliran, sebagaiman difirmankan Allah,:
ª!$#ur Nä3y_t÷zr& .`ÏiB ÈbqäÜç/ öNä3ÏF»yg¨Bé& Ÿw šcqßJn=÷ès? $\«øx© Ÿ@yèy_ur ãNä3s9 yìôJ¡¡9$# t»|Áö/F{$#ur
 noyÏ«øùF{$#ur   öNä3ª=yès9 šcrãä3ô±s? ÇÐÑÈ
Artinya:
Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.           (an-Nahl:78)
                         Ia hanyalah suatu subtansi rohaniah yang hidup  dan mempunyai potensi berkembang. Sewaktu jiwa mendapat “impres” dan “stimuli” inderawiyah-sensual dengan ragam jenis dan macamnya, lalu dipersepsikan, dikenal, diidentifikasi dan dieksperimentasikan. Dengan demikian, jiwa di sebut sebagai berakal dan mengetahui secara aktual.”
                         Berdasarkan kedua teori tentang pengetahuan dan rasio tersebut, Ikwan as-Shafa merumuskan konsep ilmu, belajar dan metode realisasi dalam memperoleh pengetahuan:
             “ketahuilah wahai Saudaraku! Sesungghnya ilmu itu adalah ‘apersepsi’ sesuatu dalam jiwa sujek yang mengetahui, sedangkan lawannnya, kebodohan, adalah tiadannya hal itu dalam jiwa. Ketahuilah bahwa jiwa para ilmuan  (al ulama’) secara aktual-aktif mengetahui (berilmu). Aktifitas belajar-mengajar tiada lain hanyalah pengkapan potensi-potensi agar menjadi kenyataan. Jika hal ini dikaitkan dengan al-alim, maka disebut ta’lim (mengajar); sedangkan jika dikaitkan dengan al-muta’allim (pelajar), maka;disebut ta’allum (belajar)”.(Ridla.2002.159)
                         Didalam surah An-Nahl/16:78 menguraikan jelas menunjukkkan ketidak sepahaman Ikwan As-Shafa’ terhadap pandangan kaum Platonis, yang dengan klaimnya sebagai penerus setia ajaran Plato, dan dengan dasar diktum gurunya al-`ilm tafakkur, menetapkan pengetahan bawaan bagi manusia.
                         Beberapa contoh pokok pikiran mereka mengenai pendidikan dan pengajaran masih relevan dengan pendidikan modern sekarang. Diantaranya adalah tujuan, kurikulum dan metode pendidikan.
a.      Mengenai tujuan pendidikan mereka melihat bahwa tujuan pendidikan haruslah dengan keagamaan. Tiap ilmu, kata mereka merupakan malapetaka bagi pemiliknya bila ilmu ini tidak ditujukan kepada keridhoan Allah dan kepada keakhiratan. Ikhwan al-Shafa menilai ilmu yang paling membahayakan adalah ilmuan yang saat ditanya tentang hal-hal yang telah mengejala ditengah-tengah masyakat luas tidak bisa memberi jawaban (solusi) yang baik dan kritis, melainkan justru turut larut kedalam kesalahan, penyimpangan dan kebodohan dan getol menulis karya-karyanya “manipulatif” yang menghantam para ulama dan filosof.
b.      Mengenai kurikulum pendidikan tingkat akademis mereka berpendapat agar dalam kurikulum mencakap logika, filsafat, ilmu jiwa, pengkajian kitab agama samawi, ilmu syariat, dan ilmu pasti.
c.       Berguru dalam menuntut ilmu sangat penting dalam pandangan pendidik-pendidik islam, karena menurut ikhwan al-shafa pengetahan itu mempunyai syarat-syarat. Syarat-syarat itu dapat diketahui dalam kesanggupan seseorang. Untuk itu diperlukan guru atau pendidik bagi pengajarannya, budi pekertinya, tutur bahasanya , akhlaknya dan pengetahuannya.(Elliisss.2012)
       Dapat disimpulkan dari kutipan yang saya ambil bahwa pendidikan dilihat dari tujuan yang harus di rumuskan dari agama. Dan ilmu akan menjadi malapetaka bagi memilikinya jika ilmu tersebut tidak di bagi atau di turunkan kembali karena ilmu tersebut berupa titipan dari Allah SWT, pendapat ini saling berkaitan dengan apa yang sudah di paparkan pada makalah saya halaman.2 pada alenia pertama yaitu “Semua anggota perkumpulan ini wajib menjadi guru dan mubaligh terhadap orang lain yang terdapat di masyarakat. Disinilah letak relevansinya berbicara Ikwan al-Shafa dengan pendidikan.”

D.    Sistem Pendidikan Ikwan Al-Shafa

                         Sebagai konsekuensi formulasi relasi (kaitan) komplementer dari konsepsi Ikhwan al-shafa tentang manusia, pengetahuan, ilmu/program kurikuler dan belajar, maka mereka membangun teori pendidikn yang komprehensif, sempurna ddan gradual.

             Sudah di jelaskan di atas sesuai dengan surah An-Nahl/16:78 tadi bahwa aktifitas pendidikan mulai sejak belum kelahiran. Sebab , kondisi bayi dan perkembangan sudah dipengaruhi oleh keadaan kehamilan dan kesehatan sang ibu yang hamil. Dengan demikian, perhatian pendidikan harus sudah diberikan sejak masa janin dalam rahim, karena “janin berada dalam rahim selama sembilan bulan itu, adalah agar sempurna bentuk dan kejadiannya setiap orang berakal mengetahui bahwa janin yang lahir dalam keadaan cacat dan tidak sempurna bisa jadi tidak berguna di dunia para dokter pun menasehati ibu-ibu hamil untuk berhati-hati dalam gerak dan beraktifitas, jangan sampai nantinya berdampak buruk bagi janin yang ada dalam rahim. Yang diharapkan dengan hal itu tentunya agar si janin lahir kedunia dalam keadaan sehat dan normal.
                         Dalam sejarah islam kelompok Ikhwan as-Shafa tampil “eksklusif” dengan gerakan reformatif pendidikannya. Karena itu, mereka adalah Ta’limuyyun (bermisi pengajaran) dalam melangsungkan kegiatan keilmuan dan politiknya. Kecenderungan ta’limiy ini, sangat tampak dalam praktek politiknya, yaitu dalam pola relasi dan organisasi antar mereka berada pada penjenjangan dakwah (penyebaran misi). Penjenjangan dakwah dan aksinya mengikuti empat pelapisan:
*      Lapisan pertama ,kelompok remaja dan pemuda yang berkisar usia 15-30 tahun. Kelompok usia ini, pertumbuhan dan perkembangan jiwanya relatif masih selaras dengan fitrah, mengingat kelompok usia ini berstatus murid, sepantasnya bila mereka mengikuti para guru mereka.
*      Lapisan kedua, kelompok orang dewasa yang berkisar usia 30-40 tahun. Kelompok ini sudah mengetahui wisdom keduniaan dan sudah mampu menerima pengetahuan melalui “simbol”.
*      Lapisan ketiga, kelompok individu yang berkisar usia 40-50 tahun, mereka sudah dapat mengetahui numas ilahiy (malaikat tuhan)secara sempurna sesuai dengan tingkatan mereka. Ini adalah tingkatan para Nabi.(Ridla.2002.147)

       Dalam pola klasifikasi lain tentang jenjang dakwah kelompok Ikhwan al-shafa, sebagai menjadi :
*   Al-abrar al-Rhamah’ (yang baik-pengasih), yaitu anggota kelompok yang berusia 15 tahunan. Meraka mempunyai karakteristik jernih jiwa, murah hati, manis kata dan cepat paham.

*   Al-Akhyar al-Rhama’ (yang terpilih mulia), yaitu anggota kelompok yang berusia 30 tahunan. Mereka bercirikan concern terhadap Ikhwan, murah Hati, lembut, santtun dan peduli pada Ikhwan.
*   Al-fudlala’ al-Kiram (yang mulia terhormat), yaitu anggota kelompok yang berusia 40 tahunan. Mereka ini bercirikan otoritatif, direktif dan pemersatu atas perentangan yang ada dengan cara bijak, santun dan konstruktif
*   Al-balighun malakutallahi (yang telah mencapai malaikat Allah), yait anggota kelompok yang berusia 50 tahunan. Mereka ini bercirikan kepasrahan total, keteguhan jiwa dan penyaksian langsing kebenarn.(Ridla.2002.147-148)
            Keistimewaan selanjutnya dari Ikwan al-Shafa ada pada etos keilmuannya. Mereka tidak membatasi diri hanya dengan satu sumber, melainkan mereka benar-benar mengamalkan advokasi Nabi,”Hikmah itu barang hilang orang mu’min, ia akan mengambilnya dimanapun ditemukan” .dari sini, mereka mempunyai pandangan yang luas-menyeluruh tenang sumber-sumber pengetahuan  (ma’rifah). Ikhwan al-shafa membagi sumber pengetahuan menjadi 4 dimensi :
1.      Kitab suci al-Quran yang diturunkan, semisal taurat,Injil dan Al-Qur’an
2.      Kitab-kitab yang disusun oleh para hukama’ (orang-orang bijak) dan filosof, baik berupa Matematika, fisika-kealaman, sastra dan filsafat.
3.      Alam, yakni bentik empiris (phenoumenon) segala sesuatu sebagaimana adanya.
4.      Perenungan alam semesta dan tata aturan kosmiknya, atau sering disebut subtansi neumenon, ragam dan macamnya , serta kaitan fungsionalnya dengan kenyataan empris (phenounmenon)

            Selain itu, ada keistimewaan lain yang dimiliki Ikwan al-shafa, sebagai suatu keistimewaan yang paling menonjol. Mereka menolak fanatisme, dan berpegang pada kebebasan berfikir kritis untuk mencari kebenaran. Mereka menyeru kepada para pengikutnya agar tidak mengabaikan suatu disiplin keilmuan pun, tidak bersikap antipati terhadap suatu kitab pun, atau bersikap fanatik buta terhadap keterbukaan dan kebabasan intelektual, mereka mampu mempengaruhi generasi kurunnya untuk memahami keragaman dan perbedaan pemikiran,  serta pluralitas aliran pemikiran dalam pengembangan dimnamika keilmuan dan akselerasi derap langkah kemajuan intelektual-sosialnya.(Ridla.2002.148)
E.     Relevansi pemikiran pendidikan Ikhwan al-Shafa dalam pembaharuan pendidikan

      Ikwan menyebutkan tentang ilmu yang dapat dicapai melalui tulisan dan bacaan dengan cara ini dapat memahami kalimat, bahas dan ungkapa-ungkapan yang ditanggap melalui pemikiran. (el Khansa.2012)

      Dapat saya simpulkan bahwa Selain itu metode-metode pemikiran pendidikan yang dilakukan oleh Ikhwan ash-Shafa adalah metode dakwah, atau penyampaian dakwah terdapat di dalam makalah saya ini pada halaman 6-7.

      Relevansi pemikiran pendidikan Ikhwan ash-Shafa pada masa kini masih terpakai dan terealisasikan , contohnya yang pertama, dengan metode menulis pada saat ini metode menulis atau mencatat pelajaran pada tahap belajar mengajar masih di pakai, yang kedua, dengan meode bacaan, pada saat ini metode bacaan juga masih terealisasikan dan di pahami pada proses belajar mengajar, dengan membaca peserta didik dapat memahami makna/ maksud dari isi yang telah di bacanya apalagi metode tersebut dilakukan secara berulang-ulang seperti contohnya pada teori belajar Behaviorisme .
BEHAVIORISME
(Perubahan Perilaku)
      respon

            stimulus             




Maksudnya, simulus(sebab) di ibaratkan makanan penyemangat, apabila kita terus membaca maka akan terjadi respon(akibat) atau tanggapan dari otak kita ,sehingga kita akan mengingat pelajaran yang sudah kita baca secara berulang-ulang tadi.
Yang ketiga metode dakwah, metode ini yang tampak sekali pada metode yang dilakukan oleh Ikwan ash-Shafa yaitu tertera di dalam kutipan makalah saya pada halaman 6-7 ,relevansinya pada masa kini masih dipakai contohnya seorang guru atau dosen menerangkan dengan pengetahuannya sedangkan murid atau mahasiswanya mendengarkan penyampaian tersebut, kemungkinan dari semua yang di dapat akan di fahami dan diaplikasikan di kehidupannya .
C.KESIMPULAN
            Teori-teori Ikwan al-shafa dan tujuan-tujuannya yang bersifat sosial dan intelektal. Pemikiran pendidikan yang dikemukakan Ikhwan al shafa bersifat rasio dan emperik, selain itu sistem pendidikan nya dengan penyampaian dakwah dengan berbagai jenjang Usia.
            Dari kutipan yang saya dapat Selain itu Ikwan ash- Shafa juga berpendapat bahwa ilmu harus dapat dari usaha (muktasabah) bukan pemberian tanpa usaha ilmu yang demikian di dapat dengan panca indera atau bersifat emperik. (Rahmad nur wahid.2012)
















Daftar Pustaka
·      Muhammad Jawad Ridla.2002.Tiga Aliran Pertama Teori Pendidikan Islam.Yogyakarta.PT.Tiara Wacana Yogya
·      Prof.Dr.H. Abuddin Nata,M.A.2005.Filsafat Pendidikan islam.Jakarta Selatan.Gaya media Pratama
·      Dr.Muniron.2010.Epistemologi Ikhwan as-shafa.Jember.Pustaka Pelajar
·      Elliisss.2012.pemikiran ikwan as-shafa. dalam. http://sumgaiman.blogspot.com/2012/06/pemikiran-ikhwan-al-safa.html